Lebih dari sepekan pasca bencana banjir yang melanda Propinsi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat dan sekitarnya. Sampai sekarang, masih banyak daerah yang membutuhkan bantuan pada lokasi terjadinya bencana banjir tersebut. Meskipun sudah ada banyak bantuan dari beberapa pihak yang turun langsung ke lokasi-lokasi di daerah terjadinya bencana banjir tersebut. Termasuk beberapa influencer ternama, yang mengadakan penggalangan dana dan bantuan, dengan cara mereka masing-masing. Bahkan beberapa diantaranya juga ikut langsung terjun ke beberapa lokasi di daerah bencana banjir tersebut. Lantas, bagaimana dengan Insan Pelestari Tosan Aji?
Peristiwa bencana alam, seringkali menguji dan menggugah empati kita semuanya. Melahirkan beragam respon, baik mulai dari ucapan, tindakan hingga pergerakan. Tentu, masing-masing dengan kapasitas, kapabilitas dan identitasnya. Termasuk juga ada yang memanfaatkan peristiwa bencana alam untuk kepentingan pencitraan dirinya sendiri atau organisasinya. Identitasnya terlalu ditonjolkan, daripada empati yang diberikannya. Bahkan, demi pencitraan justru empati disingkirkan. Saya sangat yakin, orang-orang yang demikian, yang lebih mengutamakan pencitraan diri daripada empati, pasti bukan orang-orang yang mendalami keluhuran budaya Tosan Aji. Benarkah demikian?
Tulisan ini terpantik karena dua hari yang lalu, saya mendapatkan WA dari seorang kolektor Tosan Aji di Jakarta. WA darinya mengandung pertanyaan, “Sam, apa tidak ada organisasi pelestari Tosan Aji yang bergerak menggalang donasi untuk membantu korban bencana banjir di Sumatra?” Saya sempat mencari beberapa informasi sebelum menjawab pertanyaannya. Hingga akhirnya saya memberikan jawaban bahwa masih belum ada. Kalaupun ada, mungkin saya yang belum tahu informasinya. Dan kolektor tersebut menyampaikan kalau ada organisasi pelestari Tosan Aji yang mau bergerak menggalang donasi untuk korban bencana banjir, saya diminta untuk mengabarinya.

Dari hal tersebut, saya dan Tim Kerja TosanAji.id akhirnya mengadakan diskusi khusus terkait upaya membantu korban bencana banjir di Sumatra. Untuk bantuan yang dibutuhkan saat ini, upaya yang dilakukan oleh TosanAji.id adalah menyalurkannya melalui Platform Crowdfunding Sosial seperti KitaBisa.com dan BenihBaik.com. Sambil mencoba merancang upaya bantuan pasca pemulihan bencana, seperti program penamaan bibit pohon dan penghijauan. Karena salah satu bagian utama dari Tosan Aji juga dari bahan Kayu (Timoho, Cendana, Trembalu Aceh dan lainnya).
Terus terang, Tim Kerja TosanAji.id saat ini belum mempunyai jaringan kerja atau hubungan dengan insan dan paguyuban pelestari Tosan Aji di Sumatra. Khusus di Propinsi Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat. Sehingga, belum bisa banyak membantu secara langsung. Makanya, cara terbaiknya masih melalui Platform Crowdfunding Sosial seperti KitaBisa.com dan BenihBaik.com. Kedua platform tersebut sudah sangat terpercaya dan terbukti nyata kontribusinya. Bahkan, Tim Kerja TosanAji.id juga banyak menggali inspirasi dari kedua platform tersebut. Terutama dalam upaya membangun empati, bukan hanya hitung-hitungan untung rugi. Bukankah membangun bisnis memang sudah seharusnya bukan hanya mengejar keuntungan yang tinggi, tetapi juga harus mampu secara nyata memberikan manfaat dan empati?
Indonesia berada di Cincin Api Pasifik, sebuah jalur yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar: Lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Lokasi ini menjadikan Indonesia rawan gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. Indonesia mempunyai lebih dari 127 Gunung Berapi aktif. Kesadaran perihal hidup di atas Cincin Api Pasifik, yang juga dikelilingi oleh lebih dari 127 Gunung Berapi aktif, seharusnya bisa semakin menumbuhkan semangat saling tolong menolong. Menyuburkan empati. Serta membangun berbagai upaya mitigasi dalam menghadapi berbagai potensi bencana alam yang bisa datang kapan saja serta tiba-tiba. Bukankah makna, filosofi dan nilai-nilai keluhuran yang dikandung di dalam budaya Tosan Aji sudah mengajarkan kepada kita semuanya tentang Olah Roso dan Empati?
Setiap bencana, pasti melahirkan luka dan duka. Tapi ternyata, tidak setiap bencana bisa menggugah Empati pada diri semua umat manusia. Karena Empati juga bisa mati, ketika kerakusan terhadap materi duniawi semakin menguasai diri. Semoga, Empati di dalam diri kita tidak pernah mati. Empati adalah salah satu akar jati diri budaya Tosan Aji.
Wahyu Eko Setiawan/ Sam WES
CEO TosanAji.id
Add comment