Singosari, 11 Desember 2025 — Pusat Studi Budaya dan Laman Batas (Center for Culture and Frontier Studies) Universitas Brawijaya, mengenalkan website MUSTAKA (Museum Simulasi Pengetahuan dan Kebudayaan) dalam sebuah acara soft launching yang diselenggarakan di Museum Singhasari, Kabupaten Malang. MUSTAKA merupakan platform simulasi pengetahuan yang sudah dikembangkan melalui melalui proyek riset Tera Saintek 2025 yang didanai oleh Program Semesta Direktorat Diseminasi Sains dan Teknologi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Platform ini dirancang untuk memperkaya pemahaman masyarakat terhadap warisan budaya Singhasari melalui metode interaktif dan imersif. Acara ini dihadiri oleh masyarakat umum, SDN 3 Klampok, SMPN 2 Singosari, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, serta perwakilan dari DIKTI Saintek. Kehadiran beragam pemangku kepentingan menunjukkan dukungan kuat terhadap inovasi pendidikan dan upaya pelestarian sejarah yang memanfaatkan teknologi mutakhir. Tim TosanAji.id juga ikut hadir menyajikan program kerja digitalisasi koleksi Tosan Aji Nusantara.
Soft Launching dikemas menarik dalam berbagai aktivitas interaktif. Dengan memadukan seni, teknologi, dan kajian sejarah, kegiatan ini mengajak peserta mengenal kembali narasi Singhasari melalui pengalaman langsung yang menyenangkan dan mudah dipahami. Termasuk edukasi Tosan Aji Singosari yang dibawakan oleh Tim TosanAji.id di lokasi Museum Singhasari.

Storytelling Ken Arok dan Ken Dedes untuk Siswa Sekolah Dasar. Sesi ini menghadirkan kisah fiksi dengan tokoh Ken Arok dan Ken Dedes melalui metode interactive storytelling yang komunikatif dan ramah anak. Tujuannya adalah membangun rasa ingin tahu dan imajinasi siswa sekolah dasar terhadap karakter tokoh-tokoh sejarah serta dapat menanamkan nilai-nilai yang relevan. Untuk siswa sekolah menengah pertama (SMP), disajikan Dramatic Reading. Melalui kegiatan dramatic reading, siswa SMP diajak untuk mendalami sejarah melalui pembacaran teks drama interaktif tentang Kehidupan muda Ken Arok. Teknik membaca dramatik memberikan kesempatan bagi peserta untuk mengenal karakter, konflik, dan nilai moral dalam kisah sejarah secara lebih mendalam dan reflektif.
Peserta memperoleh kesempatan untuk mencoba langsung fitur-fitur unggulan MUSTAKA, yaitu Motion Capture Ken Dedes dan Ken Arok dan Jelajah Singhasari (Simulasi Ruang 3D). Motion Capture Ken Dedes dan Ken Arok memungkinkan pengunjung melihat representasi digital dua tokoh sejarah melalui motion capture yang menghasilkan animasi karakter dengan gerakan nyata. Ke depan, fitur-fitur unggulan MUSTAKA ini akan terus dikembangkan. Termasuk pengembangan narasi, edukasi dan literasi Tosan Aji Singosari bersama Platform TosanAji.id.

Selain Motion Capture, pengunjung juga dapat mencoba Jelajah Singhasari. Fitur ini menghadirkan pengalaman menjelajahi Singhasari secara virtual melalui ruang tiga dimensi yang dapat diakses lewat website. Pengguna dapat merasakan rekonstruksi suasana lingkungan Singhasari secara interaktif, sehingga lebih memahami konteks sejarah secara spasial.
Selama acara berlangsung, peserta dari berbagai latar belakang menunjukkan ketertarikan dan partisipasi aktif. Mereka memberikan respons positif terkait kemudahan penyajian, kualitas visual, serta pendekatan kreatif yang dikembangkan oleh MUSTAKA. Baik siswa, guru, maupun perwakilan instansi sepakat bahwa teknologi ini mampu menjadi alternatif pembelajaran sejarah yang lebih menarik, relevan, dan mudah diakses. Antusiasme tersebut sekaligus menjadi indikator bahwa masyarakat membutuhkan metode baru untuk mempelajari sejarah—metode yang tidak hanya informatif, tetapi juga berorientasi pada pengalaman dan partisipasi.
Soft launching di Museum Singhasari ini menjadi langkah awal sebelum peluncuran resmi MUSTAKA ke publik yang lebih luas. Center for Culture and Frontier Studies berkomitmen untuk menyempurnakan fitur simulasi dan pengalaman imersif berdasarkan umpan balik peserta; memperluas kolaborasi dengan sekolah, komunitas sejarah, dan instansi pemerintah; menjadikan MUSTAKA sebagai platform berkelanjutan untuk pembelajaran sejarah berbasis teknologi. Melalui kolaborasi dan inovasi, MUSTAKA diharapkan dapat berperan sebagai model percontohan bagi pengembangan simulasi pengetahuan berbasis digital di tingkat regional maupun nasional, serta memperkuat identitas lokal melalui pendekatan lintas disiplin.
I Wayan Suyadnya
Tim Utama MUSTAKA
Add comment