Ron Wening, “Ron” berarti daun, “Wening” berarti ketenangan, melambangkan
kedamaian dan kesederhanaan. Keris Patrem Ron Wening merupakan karya yang
mengangkat filosofi ketenangan dan kesederhanaan perempuan melalui simbol
daun pisang. "Ron" yang berarti daun, dan "Wening" yang berarti hening atau
tenang. Dalam keris ini, daun pisang hadir sebagai metafora dari perempuan:
lembut namun kuat, membungkus tanpa melukai, dan memberi perlindungan
dengan keikhlasan.
Ketenangan yang dimaksud bukan sekadar diam, melainkan daya yang
mendamaikan. Ron Wening menjadi representasi energi feminin yang mampu
menciptakan ruang aman, menjaga keseimbangan, dan menyembuhkan luka tanpa
suara. Di tengah hiruk-pikuk wacana gender, keris ini menyuarakan kekuatan
dalam kesunyian suara perempuan yang sering tak terdengar, namun selalu ada.
Desain keris patrem yang mungil dan detail menghadirkan motif daun pisang
dengan goresan halus pada bilah maupun warangka, merefleksikan kedalaman
batin dan keindahan dalam kesahajaan. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap
perempuan yang memilih jalan damai, sederhana, dan konsisten merawat harmoni
dalam lingkungannya. Keris Patrem Ron Wening bukan sekadar benda pusaka,
melainkan simbol kontemplatif atas eksistensi perempuan yang membawa damai
bukan dengan kuasa, tapi dengan jiwa.
Karya ini sebagai wujud dalam menghadirkan kembali sosok perempuan dalam
dunia perkerisan dan merenungkan kembali nilai-nilai keluhuran perempuan yang
sering disamarkan dalam narasa budaya perkerisan. Bahwa keris yang selama ini
dianggap simbol maskulinitas juga bisa menjadi ruang untuk merayakan dan
menghadirkan kembali kekuatan feminin.
Wojo & Pamor