Hari Museum Nasional dirayakan pada tanggal 12 Oktober setiap tahunnya. Hari perayaan tersebut ditetapkan pada 26 – 28 Mei 2015, di Musyawarah Museum se-Indonesia di Kota Malang. Tanggal 12 Oktober dipilih berdasarkan berdasarkan tanggal Musyawarah Museum se-Indonesia yang pertama kali di Yogyakarta, yaitu pada tanggal 12 Oktober 1962. Sedangkan Hari Kebudayaan Nasional dirayakan pada tanggal 17 Oktober setiap tahunnya. Hari perayaan tersebut ditetapkan pada tanggal 7 Juli 2025, melalui Surat Keputusan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia dengan Nomor 162/ M/ 2025.

Antara Hari Museum Nasional dan Hari Kebudayaan Nasional, yang perayaan harinya hanya berselang 5 hari (12 ke 17 Oktober) setiap tahunnya, bisa kita jadikan sebuah momentum besar setiap tahunnya untuk membangun Ekosistem Kebudayaan dan Peradaban bagi seluruh rakyat Indonesia lebih gemilang berjaya. Kenapa? Ada apa? Untuk apa kita merayakan Hari Museum Nasional dan Hari Kebudayaan Nasional? Benarkah kita tidak mampu membangun masa depan lebih gemilang berjaya, ketika kita tidak pernah bisa mengambil pelajaran dari masa lalu di museum? Benarkah kekayaan bangsa kita sesungguhnya adalah kebudayaan, bukan sumberdaya alamnya?
Jika kita baca dengan seksama dan lebih mendalam, sesungguhnya museum adalah medan pertempuran kebudayaan dan peradaban. Yang tidak hanya memberikan panggung pertempuran identitas individual (suku, ras, agama, gender, dan lainnya), namun juga bisa menjadi panggung pertempuran ideologi kebangsaan/ nasionalisme. Narasi primordial, feodalisme, kolonial, hingga narasi imperialisme, kapitalisme dan sosialisme, bisa kita baca jelas dari benda-benda yang terpajang atau disajikan di dalam sebuah museum. Pertempuran kebudayaan dan peradaban, bisa kita baca dengan sangat jelas ketika kita mampu “Membaca Misi Koleksi” sebuah museum. Bahkan beberapa diantaranya tampak vulgar dan berpihak pada adagium “sejarah ditulis oleh pemenang”.
Disarikan dari berbagai sumber data, jumlah museum di Indonesia sekitar 500 museum terdata hingga tahun 2025 ini. Dari jumlah tersebut, yang mempunyai Nomor Pendaftaran Nasional baru sekitar 304 museum. Dari jumlah 304 museum, yang sudah mempunyai Nomor Pendaftaran Nasional, baru 239 museum yang terstandarisasi sesuai kriteria pemerintah. Jangan dibandingkan dengan jumlah museum yang ada di Amerika Serikat, yang jumlahnya sudah lebih dari 33.000 museum. Kita masih kalah jauh dari Thailand, yang sudah mendata dan menstandarisasi sebanyak lebih dari 1.500 museum. Jepang yang luas negaranya lebih kecil dari Indonesia dan sama-sama negara kepualauan, meskipun Jepang juga sering mengalami bencana alam gempa bumi dan tsunami, tetapi sudah berhasil membangun sebanyak lebih dari 5.500 museum.
Jika kita mempelajari lebih seksama, negara-negara yang mempunyai banyak museum, maka terlihat sangat menonjol karakter, jati diri, nasionalisme dan lebih kuat akar pertumbuhan peradabannya. Kokoh, dan tidak mudah kehilangan identitas jati diri kebangsaannya. Demikian juga sebaliknya, negara-negara yang mempunyai sedikit museum, lebih mudah kehilangan jati diri kebangsaannya. Lebih mudah dipengaruhi, hingga lebih mudah dijajah oleh kebudayaan bangsa lainnya. Mudah menjadi bangsa yang kalah, hingga bisa menjadi bangsa yang terhapus dari peradaban di muka bumi ini. Maka, dengan perayaan Hari Museum Nasional dan Hari Kebudayaan Nasional, kita sebagai Bangsa Indonesia, mempunyai momentum yang sangat luar biasa, untuk terus menerus menggelorakan semangat menjaga karakter, jati diri, nasionalisme dan akar pertumbuhan peradaban Nusantara.
Dengan senantiasa memanfaatkan momentum perayaan Hari Museum Nasional dan Hari Kebudayaan Nasional, sesungguhnya kita juga sedang menjaga, memperkuat dan mengembangkan jati diri kebangsaan (Nasionalisme). Termasuk juga bisa menjadi upaya kolektif-kolaboratif, untuk terus menerus mengangkat narasi dan literasi historis yang benar-benar mencerminkan karakter, jati diri dan akar peradaban Bangsa Nusantara. Yang lebih utama, kita juga harus membangun kesadaran bahwa merayakan Hari Museum Nasional dan Hari Kebudayaan Nasional, bukanlah sekedar seremonial nostalgia untuk mengenang pencapaian kegemilangan dan kejayaan para leluhur di masa lalu. Justru harus kita jadikan sebagai momentum untuk secara kritis dan konstruktif, dalam menggali inspirasi serta mempelajari sejarah di masa lalu untuk membangun masa depan lebih gemilang dan berjaya.

Ke depan, dalam pemikiran penulis, perayaan Hari Museum Nasional dan Hari Kebudayaan Nasional, sebaiknya diorkestrasi ke dalam Platform Kemajuan Ekosistem Inovasi Teknologi. Sebagai salah satu contohnya, adalah upaya digitalisasi dan virtualisasi seluruh koleksi museum yang ada di Indonesia menjadi “Nusantaraverse” yang sedang dirancang oleh Tim Kerja TosanAji.id saat ini. Sehingga, perayaan yang diselenggarakan bukan hanya menjadi sekedar perayaan atas kebanggan masa lalu, yang dirayakan pada masa kini belaka. Tetapi juga mampu menjadi perayaan yang menjelma sebagai Warisan Jembatan Emas bagi generasi-generasi selanjutnya, hingga ribuan tahun pada masa depan mendatang. Maka, segala bentuk warisan sejarah, budaya dan peradaban dari masa lalu serta masa kini, bisa terus dilestarikan oleh ribuan generasi di masa depan yang akan datang.

Dengan demikian, rasanya tidak berlebihan jika kita berani mengatakan bahwa Bangsa Indonesia di masa depan akan menjadi mercusuar dunia, dengan senantiasa memanfaatkan momentum perayaan Hari Museum Nasional dan Hari Kebudayaan Nasional, pada setiap tahunnya. Dimulai dari tahun 2025 ini. Terus kita gelorakan semangatnya pada tahun-tahun selanjutnya ke depan. Memang tidak mudah, dan bukan tanpa tantangan. Tetapi setidaknya, kita bersama sudah mulai membangun kesadaran kolektif. Sudah mulai membangun budaya kolaborasi. Sambil terus mengupayakan Platform Kemajuan Ekosistem Inovasi Teknologi. Kita sudah semakin menyadari akan arti pentingnya hakikat sebagai Satu Kesatuan Bangsa Indonesia. Maka, semakin jelas bahwa pada saat inilah kita sudah mempunyai Momentum Besar!
Mari, kita bersama terus menerus menggelorakan semangat untuk merayakan Hari Museum Nasional dan Hari Kebudayaan Nasional, setiap tahun selama nafas masih dikandung badan!
Wahyu Eko Setiawan/ Sam WES
CEO TosanAji.id
One comment
Agung Wisnu
Mantap👍👍👍