TosanAji.id mengikuti kegiatan Lokalatih & FGD Dekolonisasi Sejarah, Narasi Lokal dan Sejarah Lisan dalam Praktik Museum yang Memihak. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 22 – 23 Oktober 2025, di Guest House Universitas Brawijaya Malang. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Center for Culture and Frontier Studies (CCFS), Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM), serta Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) RI.

Yang sangat menarik dalam kegiatan ini adalah adanya upaya masif, terstruktur dan sistematis, untuk menyorongkan narasi dekolonisasi sejarah dengan mengarus utamakan narasi lokal dan sejarah lisan. Hal ini, jelas merupakan keberanian langkah konkret untuk membuka tantangan terhadap dominasi narasi kolonialisasi yang masih terus tumbuh subur saat ini di berbagai museum yang ada di Indonesia. Karena tantangan yang ada bukan hanya pada ranah akademi saja, tetapi juga pada ranah mentalitas, psikologi sosial hingga bidang pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pemaparan yang disampaikan oleh narasumber utama, mengangkat sejarah Kerajaan Singhasari. Yang berdasarkan bukti- bukti sejarah primer, ternyata Kerajaan Singhasari tidak pernah ada. Yang ada adalah Kerajaan Tumapel. Karena Singhasari adalah nama Ibukota Kerajaan Tumapel, bukan nama sebuah kerajaan. Dalam forum diskusi yang dibuka, ternyata tersaji perdebatan yang cukup sengit dari sekitar 42 orang undangan yang hadir. Namun demikian, semua pendapat, pandangan dan pemikiran, haruslah berdasarkan prinsip utama: History Based on Evidence (Sejarah Berdasarkan Bukti Yang Valid).
TosanAji.id memberikan presentasi perihal istilah Tangguh dan Era Zaman, untuk memperkuat validitas identifikasi Tosan Aji dalam Program Kerja Digitalisasi Koleksi Tosan Aji Nusantara. Hal tersebut sebenarnya hanya pemantik untuk mengangkat narasi lokal dan sejarah lisan, khususnya dalam pembahasan Tosan Aji Tumapel (Singosari). Apalagi tujuan jangka panjangnya adalah Kolaborasi Membangun Museum Virtual yang mengangkat Warisan Budaya, Narasi Lokal dan Sejarah Lisan.

Museum Virtual yang hendak dibangun tersebut, tidak hanya menggunakan kaidah akademis, metodologi ilmiah dan History Based on Evidence. Tetapi juga membuka ruang yang adil, seimbang dan setara, terhadap tradisi narasi lokal, adat istiadat dan sejarah lisan yang selama ini terpinggirkan di masyarakat umum. Upaya ini seperti sedang melawan arus utama narasi ekosistem kebudayaan di Indonesia. Anti mainstream. Namun diharapkan mampu menghadirkan pencerahan serta perluasan horizon ilmu pengetahuan sejarah dan kebudayaan di Indonesia.
Kerja-kerja digitalisasi koleksi Tosan Aji yang selama ini sudah dilakukan oleh TosanAji.id, ternyata sangat membantu dalam memantik inspirasi, ide dan inovasi untuk membangun narasi lokal sejarah lisan. Termasuk juga sangat membantu upaya kolaborasi dalam membangun Ekosistem Inovasi Budaya. Bukan hanya budaya Tosan Aji semata-mata, tetapi juga dalam produk warisan budaya yang lainnya. Seperti identifikasi, dokumentasi, inventarisasi dan digitalisasi koleksi museum. Termasuk koleksi Arca, Terakota, Artefak, Naskah Kuno dan lainnya.
TosanAji.id mempunyai komitmen yang tinggi untuk membangun Ekosistem Inovasi Budaya. Termasuk memberikan layanan dokumentasi, identifikasi, inventarisasi dan digitalisasi kepada museum-museum yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, TosanAji.id sangat terbuka untuk bisa bekerja sama dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Karena tantangan “Perang Kebudayaan” di masa depan semakin berat, sengit serta menentukan nasib sebuah Bangsa, maka kita sudah tidak bisa lagi bekerja dan berjuang secara eksklusif. Sangat dibutuhkan semangat kolaborasi. Karena jika kita kalah dalam Perang Kebudayaan, maka kita pasti terhapus sebagai bangsa yang ada di muka bumi ini.
Sudah banyak bukti-bukti sejarah, bahwa bangsa yang kalah dalam medan Perang Kebudayaan, maka bangsa tersebut akan hilang terhapus dari muka bumi ini. Itulah kenapa kita bersama harus segera berani mengambil langkah konkret untun mengembangkan narasi dekolonisasi sejarah, kearifan narasi lokal dan sejarah lisan yang sudah kita miliki sejak zaman dahulu kala. Apakah kita akan membiarkan sejarah dan budaya bangsa kita kalah, lalu terhapus dari muka bumi ini?
Wahyu Eko Setiawan/ Sam WES
CEO TosanAji.id
Add comment