Dipercaya bahwa keris ini merupakan perpaduan antara Sumenep (Madura) dan Sulawesi. Berdasar keterangan pemilik (Bapak Helmi dari Helmi Art Museum) bahwa Sultan Abdurrahman mempunyai hubungan keluarga dengan Kerajaan Bone. Bahan wilah pusaka ini diperkirakan berasal dari Sumenep, sedangkan dhapur keris bergaya Sulawesi.
Pada Agustus 2025, keris ini dikenakan Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo, S.H., M.H. pada acara Penobatan Arya Wiraraja di peringatan Hari Jadi Kabupaten Sumenep ke-756.

Dhapur Sapokal mungkin merujuk pada kata Sapukala (Sapu Rata), yang merupakan simbol kejujuran, perkataan yang benar, dan ketegasan. Pemiliknya digambarkan merupakan pribadi yang tegas, sigap, dan berani menghadapi perubahan. Sapokal sering dipahami sebagai simbol ketegasan yang terukur—seorang yang hanya bertindak keras ketika diperlukan, namun tetap menjaga kejernihan pikiran. Pusaka ini identik dengan pemilik yang tidak mudah goyah, fokus pada tujuan, dan mampu berdiri teguh meski situasi kacau.
Pamor Rojo Abolo Rojo memperkuat makna tersebut dengan aura kepemimpinan tinggi. Ia melambangkan kekuasaan yang luas, wibawa yang mampu menundukkan pemimpin lain, serta kemampuan meraih bantuan besar dalam menghadapi masalah atau persaingan. Pamor ini juga dipercaya memberi keselamatan dalam konflik dan kemenangan atas pihak yang menentang. Pamor keris ini memberikan isyarat bahwa pemiliknya adalah orang yang tidak pernah patah semangat. Bahwa sesuatu harus dimulai dari dasar, dari yang kecil, kemudian terus naik menuju puncak. Segalanya bertahap, tidak instan.
Perpaduan Sapokal–Rojo Abolo Rojo menghadirkan pusaka yang mencitrakan pemimpin tangguh: tegas, berwibawa, terlindungi, dan dianugerahi kekuatan untuk meraih kemenangan.
Hulu atau Landeyan keris ini berlanggam Donoriko yang tampak menunduk. Menggambarkan bahwa seseorang itu tidak boleh pongah atau angkuh. Melainkan harus penuh tata krama dan menunduk. Hulu ketika dipegang juga terasa pas di tangan, yang melambangkan bahwa ketika bertutur kata harus pas.

Helmi (Helmi Art Museum)
Bahan wilah diperkirakan berasal dari Sumenep, sedangkan dhapur keris bergaya Sulawesi.
Helmi Art Museum (2016)