Keris Sumenep Akulturasi Bone Dhapur Sapokal Pamor Bolo Abolo Rojo

No. SIP: 0085.A/TA/XI/2025

Sejarah Pusaka

Dipercaya bahwa keris ini merupakan perpaduan antara Sumenep (Madura) dan Sulawesi. Berdasar keterangan pemilik (Bapak Helmi dari Helmi Art Museum) bahwa Sultan Abdurrahman mempunyai hubungan keluarga dengan Kerajaan Bone. Bahan wilah pusaka ini diperkirakan berasal dari Sumenep, sedangkan dhapur keris bergaya Sulawesi.

Pada Agustus 2025, keris ini dikenakan Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo, S.H., M.H. pada acara Penobatan Arya Wiraraja di peringatan Hari Jadi Kabupaten Sumenep ke-756.

Filosofi Pusaka

Dhapur Sapokal mungkin merujuk pada kata Sapukala (Sapu Rata), yang merupakan simbol kejujuran, perkataan yang benar, dan ketegasan. Pemiliknya digambarkan merupakan pribadi yang tegas, sigap, dan berani menghadapi perubahan. Sapokal sering dipahami sebagai simbol ketegasan yang terukur—seorang yang hanya bertindak keras ketika diperlukan, namun tetap menjaga kejernihan pikiran. Pusaka ini identik dengan pemilik yang tidak mudah goyah, fokus pada tujuan, dan mampu berdiri teguh meski situasi kacau.

Pamor Rojo Abolo Rojo memperkuat makna tersebut dengan aura kepemimpinan tinggi. Ia melambangkan kekuasaan yang luas, wibawa yang mampu menundukkan pemimpin lain, serta kemampuan meraih bantuan besar dalam menghadapi masalah atau persaingan. Pamor ini juga dipercaya memberi keselamatan dalam konflik dan kemenangan atas pihak yang menentang. Pamor keris ini memberikan isyarat bahwa pemiliknya adalah orang yang tidak pernah patah semangat. Bahwa sesuatu harus dimulai dari dasar, dari yang kecil, kemudian terus naik menuju puncak. Segalanya bertahap, tidak instan.

Perpaduan Sapokal–Rojo Abolo Rojo menghadirkan pusaka yang mencitrakan pemimpin tangguh: tegas, berwibawa, terlindungi, dan dianugerahi kekuatan untuk meraih kemenangan.

Hulu atau Landeyan keris ini berlanggam Donoriko yang tampak menunduk. Menggambarkan bahwa seseorang itu tidak boleh pongah atau angkuh. Melainkan harus penuh tata krama dan menunduk. Hulu ketika dipegang juga terasa pas di tangan, yang melambangkan bahwa ketika bertutur kata harus pas.

PEMILIK

Helmi (Helmi Art Museum)

Galeri Foto Pusaka

Identifikasi Pusaka

Tangguh/Estimasi Era: Abad XVIII

Wilah

Detail Wilah:

Bahan wilah diperkirakan berasal dari Sumenep, sedangkan dhapur keris bergaya Sulawesi.

Panjang Wilah: 34 cm
Jumlah Luk: Lurus
Dhapur: Sapokal
Pamor: Rojo Abolo Rojo (Sumenep: Junjung Drajat)
Gaya/Langgam Wilah: Sumenep
Panjang Gonjo: 7 cm
Jenis Gonjo: Ganja Lurus
Panjang Pesi: 6 cm
Jenis Pesi: Bulat

Warangka

Bahan Warangka: Kayu Kemuning
Gaya/Langgam Warangka: Daunan Sumenep
Pendok: Topengan Ukir Berbahan Perak

Gagang/Hulu

Mendak: Mangkokan Emas
Bahan Gagang/Hulu: Gagang Gading
Langgam Gagang/Hulu: Donoriko Krawangan. Ukiran pada hulu sangat baik dengan terdapatkan ukiran yang berlapis, di mana terdapat ukiran bagian dalam di bawah ukiran luar.

Pemilik

Helmi Art Museum (2016)

Edukator

  1. Wahyu Eko Setiawan
  2. Budi Susilo

Identifikasi Digital

QR Code https://tosanaji.id/?p=3715
https://tosanaji.id/profil-pusaka/keris-sumenep-akulturasi-bone-dhapur-sapokal-pamor-bolo-abolo-rojo/3715/